![Kuda Hitam Penyerang Terbaik, PT Wismilak Intimakmur. Kuda Hitam Penyerang Terbaik, PT Wismilak Intimakmur.](http://brdsg.com/img/1200/bsob0d3ebsoengydry_2/hplzt92WPKDYfkFhpxxQGzO6sl0TaRcSxD3sgxTG2Cg.jpg)
Ditulis Oleh : Glimpse.inc
Tanggal : 30 Maret 2023
Waktu membaca : 8-10 menit
Masuknya satu orang dalam manajemen, bisa membuat perusahaan kaya raya. Begitu juga kalau perusahaan kemasukan manajemen yang buruk, perusahaan bisa hancur. Hari ini kita mau bahas WIIM, sebuah perusahaan yang kedatangan manajemen hebat, sehingga kinerjanya menjadi kinclong bak berlian. Sejak bergabungnya Warsianto dalam jajaran manajemen WIIM, kinerja WIIM naik drastis. Grafik di bawah menggambarkan seberapa berharganya seorang Warsianto terhadap kinerja WIIM.
Warsianto sendiri adalah peracik rokok ternama di Indonesia. Karya ciptaannya sudah malang melintang seperti A Mild (1988), Bentoel Mild (1995), dan Class Mild (2003). Ketiga rokok tersebut, jika ditotal penjualannya, bisa mencapai 15-25 miliar batang per tahun. Tahun 2019-2020, terdengar kabar bahwa Warsianto mulai bergabung dengan WIIM dan meluncurkan rokok dengan merk Diplomat EVO. Hasilnya? Bisa dilihat dari grafik di atas. Sejak tahun 2020, penjualan konsisten mengalami peningkatan dengan sangat baik.
Belum lagi jika kita lihat laba bersih WIIM. Tahun 2022, laba bersih WIIM bahkan hampir 10x lipat dari laba bersih tahun 2019. Yang dulunya WIIM hanya mampu mencetak laba Rp 27 miliar per tahun, saat ini WIIM sudah bisa mencetak laba bersih Rp 20 miliar per bulan. Sungguh perbandingan yang sangat jauh.
Sudah selesai puji-pujiannya, sekarang kita kembali pada valuasi WIIM, apakah saat ini masih menarik? Berapa potensi profit ke depannya? Apakah masih banyak ruangan untuk WIIM bertumbuh? Coba kita bahas satu per satu.
Apakah Masih Ada Ruangan WIIM Untuk Bertumbuh?
WIIM termasuk perusahaan rokok tier II. Volume maksimal yang bisa diproduksi dan dijual WIIM adalah 3 miliar batang untuk SKM (sigaret kretek mesin). Jika di atas itu, maka WIIM harus membayar tarif cukai yang sangat tinggi nilainya (bisa ada tambahan Rp 1 Triliun yang harus dikeluarkan jika berproduksi lebih dari 3 miliar batang).
Sekarang pertanyaannya, saat ini WIIM sudah mencapai angka berapa? Per September 2022, WIIM sudah menjual 2,17 miliar batang SKM. Dengan kata lain, kalau kita setahunkan sudah mencapai 2,9 miliar batang rokok. Jika batas maksimalnya adalah 3 miliar batang, maka kita tahu bahwa ke depan, volume penjualan tidak akan bisa bertumbuh lagi. Paling besar, hanya akan ada pertumbuhan sekitar 3% untuk memaksimalkan penjualan batang rokok sebanyak 3 miliar batang.
Jika secara volume tidak bisa bertumbuh lagi, maka satu-satunya jalan untuk menaikkan omzet dan laba bersih adalah dengan menaikkan harga jual WIIM. Dan ternyata benar, tahun 2023 seakan-akan manajemen sangat berani untuk menaikkan harga jual. Di akhir Desember, harga Diplomat EVO (rokok andalan WIIM) hanya di kisaran Rp 17.370. Di Januari 2023, ada kenaikan sebesar Rp 450/kotak, atau setara dengan 2,6% kenaikan. Februari naik lagi sebesar Rp 810/kotak, alias naik 4,5% dibanding bulan Januari. Tidak berhenti sampai situ, bulan April ada kenaikan harga lagi sebesar Rp 900/kotak alias naik 4,8% dibanding bulan Februari. Inilah sumber kenaikan omzet WIIM di tahun 2023.
Seberapa Besar Dampak Kenaikan Omzet Terhadap Kenaikan Laba?
Proxy paling gampang adalah dengan merunut gross profit margin WIIM di Q4 2022 dan kita ekstrapolasikan ke tahun 2023. Di Q4 2022, WIIM memiliki penjualan Rp 1.055 miliar dan gross profit Rp 236 miliar, yang artinya GPM sebesar 22,4%. Bagaimana dengan tahun 2023?
Kita mulai dari Q1 2023 terlebih dahulu. Di Q1 2023, terjadi 2x kenaikan harga yaitu pada bulan Januari sebesar 2,59% dan Februari sebesar 4,54%. Jika kita runtut, maka berikut pergerakan harga jual Diplomat EVO,
Q4 2022 → Rp 17.370
Jan’23 → Rp 17.820
Feb’23 → Rp 18.630
Dengan harga Rp 17.370/kotak, WIIM mampu memperoleh GPM sebesar 22,4% alias Rp 3.891/kotak. Dengan kata lain, COGS (harga pokok penjualan WIIM) per kotak sebesar Rp 13.479/kotak. Angka Rp 13.479/kotak ini, terdiri dari beban cukai dengan kisaran Rp 9.300/kotak dan beban pokok non-cukai sebesar Rp 4.179/kotak. Bagaimana dengan Q1 2023? Pada Q1 2023, harga jual Januari sebesar Rp 17.820, Februari Rp 18.630, dan Maret Rp 18.630. Jika dirata2, maka harga jual di Q1 2023 sebesar Rp 18.360. Bagaimana dengan COGS nya? COGS untuk non-cukai, kami anggap tetap, yaitu Rp 4.179/kotak, sementara cukainya naik 12% menjadi Rp Rp 10.416/kotak. Tetapi ingat, bahwa WIIM biasanya memiliki persediaan rokok yang masih menggunakan pita cukai lama. Sehingga di Q1, akan ada sebagian yang menggunakan cukai lama (Rp 9.300/kotak) dan ada yang menggunakan cukai baru (Rp 10.416/kotak). Anggap saja porsinya 50:50, sehingga nilai cukai/kotak di Q1 2023 sebesar Rp 9.858/kotak. Dengan kata lain, laba kotor per kotak menjadi Rp 18.360 – Rp 4.179 – Rp 9.858 = Rp 4.323/kotak alias GPM sebesar 23,5%.
Dengan asumsi harga jual rata2 Rp 18.360, maka kami revenue WIIM akan berkisar di angka Rp 1.115 miliar. Dengan GPM 23,5% (seperti perhitungan tadi), maka gross profit akan berkisar di angka Rp 262 miliar. Jika dianggap beban usaha WIIM meningkat 6% dibandingkan Q4 2022, maka didapatkan laba usaha WIIM sebesar Rp 118 miliar. Dipotong tax yang anggap saja 24%, maka laba bersih WIIM di Q1 2023 kami perkirakan berada di angka Rp 90 miliar.
Bagaimana dengan Q2 2023 – Q4 2023? Pada April 2023, WIIM telah menaikkan harga jualnya kembali sebesar Rp 900/kotak atau setara dengan kenaikan sebesar 4,83%. Dengan cara perhitungan yang sama seperti paragraf2 sebelumnya, maka kami memperkirakan omzet WIIM di Q2 – Q4 2023 total sebesar Rp 3.559 miliar (atau Rp 1.186/kuartal). Selain itu, laba bersih selama 3 kuartal terakhir juga akan menjadi Rp 353 miliar (atau Rp 118 miliar/kuartal)
Jika ditotal Q1 2023 – Q4 2023, maka akan ditemukan laba bersih sebesar Rp 443 miliar. Angka ini naik 79% dibanding tahun 2022. Oh iya, jangan lupa bahwa angka ini hanya memperhitungkan kenaikan harga rokok yang sudah terjadi. Jika setelah April – Desember ada kenaikan harga rokok lagi, maka tidak heran jika laba bersih WIIM akan lebih tinggi dibandingkan perkiraan kami.
Jika benar laba akan menjadi Rp 443 miliar, maka EPS WIIM di tahun 2023 akan menjadi Rp 212/share. Angka ini membuat valuasi WIIM saat ini terlihat murah. PER WIIM akan menjadi 4,1x dan PBV 1,2x. Tentu angka yang sangat menarik. Angka ini bahkan tidak memperhitungkan kondisi perusahaan WIIM hari ini yang memiliki cash bejibun. Maka dari itu, tidaklah heran artikel hari ini berjudulkan “Kuda Hitam Penyerang Terbaik, PT Wismilak Intimakmur”.