![Mulai Berinvestasi part #2 Mulai Berinvestasi part #2](http://brdsg.com/img/1200/bsob0d3ebsoengydry_2/CvrzMgPITq1TfXpCvBp9O1w0clt27nS9iJLR9L38O7A.jpg)
Bagaimana cara menjadi pemain piano yang baik? Pahami dulu cara kerja piano.
Bagaimana cara menjadi pemain sepak bola yang baik? Pahami aturan mainnya.
Dalam hal apapun, bila kita ingin sukses, kita harus terlebih dahulu memahami bagaimana cara kerja dan aturannya. Tanpa pemahaman tersebut, maka effort kita menjadi tidak terarah karena kita tidak tahu apa yang harus kita fokuskan dan apa yang harus kita abaikan. Demikian juga dalam berinvestasi, khususnya di pasar saham, kita harus paham bagaimana cara kerja pasar sehingga kita tahu apa yang harus kita perhatikan dan apa yang harus kita abaikan.
Artikel sebelumnya yang berjudul “Apa Usaha Sampinganmu” sudah menegaskan bahwa membeli saham sama dengan membeli bisnis. Jika demikian, apa yang membuat harga saham naik dan turun setiap harinya? Untuk menjawab hal ini saya akan mengacu pada konsep “Mr. Market” yang diajarkan oleh Benjamin Graham dalam bukunya yang berjudul The Intelligent Investor.
Benjamin Graham mengibaratkan Mr. Market adalah tetangga sebelah rumah tempat anda tinggal. Mr. Market memiliki kepribadian latah dan mood yang bisa berubah setiap saat. Setiap hari Mr. Market akan mengunjungi anda untuk memberikan penawaran terhadap rumah anda dengan harga yang berubah drastis setiap harinya tergantung mood. Bila mood sedang bagus, Mr. Market akan menawar rumah anda dengan harga sangat mahal, sebaliknya bila mood sedang jelek harga yang ditawarkan akan sangat murah.
Kabar baiknya kita tidak perlu pusing dengan mood swing yang drastis dari Mr. Market karena tentunya kita tahu berapa sebenarnya harga wajar dari rumah yang kita tinggali. Selain itu, sebenarnya kita tidak perlu meladeni penawaran dari Mr. Market setiap kali beliau datang. Kita hanya perlu menjual rumah kita ketika Mr. Market memberi penawaran yang cukup mahal bagi kita atau membeli dari Mr. Market ketika mendapatkan harga yang sangat murah. Dengan demikian tentu keuntungan akan berpihak pada kita.
"Mr. Market is your servant, not your guide" – Warren Buffett
"The markets make a good servant but a bad master and a worse religion" – Amory Lovins
Dalam ilustrasi di atas, Mr. Market merupakan ilustrasi dari sekian banyak partisipan yang ada di bursa saham. Tindakan dari partisipan untuk melakukan transaksi jual dan beli adalah faktor yang menentukan pembentukan harga saham setiap saat. Sering kali para partisipan di bursa memiliki perilaku irasional seperti Mr. Market. Perilaku irasional ini bisa menjadi berkah bagi kita yang menyadari bahwa tidak seharusnya ADRO dihargai hanya 53% dari kekayaan perusahaannya pada tahun 2020 atau MPMX tidak seharusnya hanya dihargai setara dengan 4x laba tahunannya sehingga kita bisa memperoleh keuntungan yang besar.
Sebaliknya irasionalitas pasar ini akan menjadi musibah bagi kita ketika kita membeli saham IRRA yang pernah dihargai sebesar Rp 5,6 triliun (Rp 3.500 / lembar) pada awal 2021 karena sentimen akan dilakukan vaksinasi masal untuk mengatasi pandemi padahal laba tahun 2021 hanya mencapai Rp 112 miliar atau bisa dibilang saham IRRA dihargai setara 50x laba tahunannya! Hasilnya hari ini saham IRRA harganya turun menjadi Rp 480 / lembar atau turun ±86% dalam waktu kurang dari empat tahun.
Contoh lainnya adalah saham Bank Jago (ARTO) yang pernah dihargai Rp 256 triliun (Rp 18.500 / lembar) pada Januari 2022 karena pada saat itu konsep bank digital sedang populer. Pada saat itu ARTO hanya menghasilkan laba tahunan sebesar Rp 84 miliar per tahun dengan kekayaan bersih Rp 8,2 triliun dan asset Rp 12,3 triliun. Kira-kira apakah anda mau membeli bisnis seperti ini dengan harga Rp 250 triliun? Btw, hari ini harga ARTO sudah turun menjadi Rp 2.820 / lembar atau turun ±85%.
Dari sini kita tahu bahwa emosi pasar bisa membuat harga saham terbang sangat tinggi maupun turun sangat rendah. Sayangnya emosi pasar ini tidak bisa ditebak sehingga bagi kami mustahil untuk menebak pergerakan harga saham berdasarkan emosi pasar. Kabar baiknya, sebenarnya untuk menghasilkan keuntungan kita tidak perlu menebak emosi pasar setiap saat karena ada faktor lain yang bisa berpengaruh terhadap pergerakan harga saham.
"In the short run, the market is a voting machine but in the long run, it is a weighing machine" – Benjamin Graham
Dalam jangka pendek, memang emosi pasar akan sangat mempengaruhi harga saham seperti voting machine. Namun dalam jangka panjang, bursa saham akan menjadi hakim yang adil dengan mengapresiasi perusahaan bagus yang dihargai terlalu murah (undervalued) dan memberikan hukuman bagi perusahaan yang dihargai terlalu mahal (overvalued). Oleh sebab itu, sudah menjadi tugas kita untuk menentukan mana saham yang overvalued dan undervalued agar kita bisa mendapatkan keuntungan.
Agar kita bisa menentukan apakah saham yang kita beli sedang undervalued atau tidak, tentunya kita harus memahami berapa harga wajar (fair value) dari perusahaan yang kita beli dengan melakukan valuasi. Pada artikel berikutnya kami akan membahas bagaimana cara sederhana untuk melakukan valuasi terhadap perusahaan agar kita bisa menentukan harga wajar dari suatu perusahaan.