
Ditulis Oleh : Glimpse.inc
BBTN adalah bank dengan asset terbesar ke 5 di Indoneisa, atau terbesar setelah the big 4 (BBRI, BMRI, BBCA dan BBNI). Namun market cap BBTN per 23 April 2024 hanya Rp 19 T, bahkan lebih kecil dari BNGA dan NISP yang ukurannya lebih kecil dari BBTN. Selain itu, harga saham BBTN hari ini juga lebih rendah dari harga tahun 2017 padahal management BBTN punya target profit 2024 adalah Rp 3.9 T. Fakta ini seolah menunjukan bahwa BBTN tidak diperhatikan oleh market dan bisa menjadi peluang membeli harga di harga murah. Apakah benar demikian? Yuk kita bahas lebih lanjut.
Dalam menganalisa saham bank, kami memiliki kerangka untuk melihat dari segi bisnis (loan & funding), income statement dan juga kualitas asset. Kami selalu berangkat dari 3 aspek ini namun bisa berkembang mengikuti kebutuhan.
Secara keseluruhan, performa loan growth BBTN tumbuh dengan baik karena lebih tinggi dari pertumbuhan loan di industri perbankan sebesar CAGR 7.0% (2017 -2023). Komposisi terbesar dari loan BBTN adalah terkait dengan perumahan, namun kredit non perumahan mampu tumbuh lebih tinggi karena didorong oleh pertumbuhan commercial loan dan corporate loan. Namun pertumbuhan ini disertai dengan penurunan rata-rata suku bunga (Weighted Average Interest Rate) akibat penurunan BI rate dan juga faktor persaingan.
Dari segi funding, secara keseluruhan performa funding growth juga lebih tinggi dari funding industri yang sebesar CAGR 8.1% (2017 – 2023). Dari segi funding, ada 2 hal positif yang bisa kita lihat. Pertama adalah peningkatan dana murah, yaitu CASA perusahaan. Kedua adalah sejak 2020, perusahaan memberikan bungan kepada nasabahnya dengan rate lebih rendah, terutama untuk produk tabungannya.
Setelah membahas loan dan funding, bisa diketahui bahwa kinerja bisnis perusahaan tidak ada masalah bahkan bisa dibilang cukup baik. Sekarang kita akan masuk ke pembahasan income statement.
Dalam 6 tahun terakhir, pendapatan bunga dan syariah BBTN tidak setinggi pertumbuhan loan sebagai akibat dari penurunan WAIR pada loan, namun pada sisi funding pertumbuhan beban bunga dan bagi hasil juga tidak setinggi pertumbuhan funding dikarenakan juga penurunan WAIRnya. Dari segi biaya gaji dan umum, bisa dilihat bahwa perusahaan mampu menjaga efisiensi operasional karena pertumbuhan biaya ini lebih rendah dari pertumbuhan loan dan funding.
Pada tahun 2023, kita melihat bahwa pendapatan lain lain meningkat signifikan dari 0.7 T menjadi 2.8T. Peningkatan ini disumbangkan oleh kenaikan loan recovery dan juga penjualan asset macet pada akhir Desember 2023 yang sebelumnya telah diakui secara penuh sebagai kerugian sebesar 0.8 T. Jadi di sini terjelaskan mengapa EPS Q4 2023 meningkat secara drastis. Di semester satu tahun 2024, manajemen juga melakukan transaksi penjualan asset lagi sebesar 1 T. Meski demikian bukan berarti pasti akan ada peningkatan net income pada Q1 dan Q2 2024, karena ada banyak informasi yang perlu digali lagi seperti “apakah asset tersebut sudah dicadangkan sebelumnya?’, “berapa harga jual asset tersebut?” dan “apakah pasti akan terjadi?”. Tapi bagi yang suka main hit and run tentu transaksi yang bersifat one-off ini bisa menjadi kesempatan untuk berspekulasi.
Hal berikutnya yang menjadi perhatian kami adalah biaya pencadangan atau provisioning for impairment losses on asset. Biaya pencadangan BBTN melonjak drastis pada 2019 (sebelum pandemi) ayng menyebabkan net income turun drastis pada 2019. Hal ini menjadi pelajaran menarik untuk investor saham bank karena bila kita cukup jeli, seharusnya kita bisa terhindar dari kejutan ini. Sebelum membahas kualitas asset terkini, kita akan sedikit membahas terkait 2019.
Biasanya NPL (nonperforming loan) menjadi patokan utama dalam menilai kualitas asset suati bank. Bila demikian, tentu kita akan happy dengan angka NPL tahun 2014 hingga 2018. Dari segi LAR (loan at risk) pun juga sebenarnya cukup bagus karena menunjukan penurunan pada 2014 -2018. Namun bila kita lihat ternyata angka kredit yang direstruktur pada kolektabilitas satu dan dua mengalami peningkatan yang drastis pada 2014 – 2018. Secara persentase angka restruktur kol. 1 & 2 naik hampir 10x, namun secara nominal angka ini meningkat dari 0.9 T (2014) menjadi 18.5 T (2018) atau naik 20x lipat!. Hal ini dikarenakan loan BBTN tahun 2014 – 2018 sudah meningkat dari 116 T menjadi 238 T atau naik 2x lipat. Jadi bila kita cukup jeli dalam menganalisa, di tahun 2017 dan 2018 penumpukan angka restruktur ini seharusnya sudah menjadi sinyal warning bagi kita.
Nah bagaimana dengan kondisi saat ini?
Selama tahun 2020 – 2023 semua komponen LAR mengalami penurunan penurunan meskipun penurunan ini lebih lambat dibandingkan the 4 big banks serta BNGA dan NISP. Namun ada hal lain yang menjadi perhatian kami, yaitu terkait angka restruktur kol. 1 dan 2. Mengapa angka yang turun ini masih tidak membuat kami puas? Berikut penjelasannya.
Management BBTN menggolongkan kredit restruktur menjadi dua, yaitu restruktur karena Covid 19 dan bukan karena Covid 19. Tabel di atas menunjukan bahwa meskipun selama 2020 - 2023 restrukrur karena Covid mengalami penurunan, namun jumlah restrukr yang bukan dikarenakan covid malah mengalamin peningkatan baik secara persentase maupun secara nominal. Hal ini tentu harus terus kita cermati perkembangannya.
Selanjutnya, meskipun sejak 2019 BBTN sudah menyisihkan lebih dari 2 T per taun, namun %CKPN terhadap loan pada balance sheet malah menurun. Hal ini dikarenakan adanya write-off dan peningkatan nilai loan dari BBTN. Selain itu meskipun meskipun NPL coverage sudah mencapai 155%, dikarenakan nilai LAR yang cukup tinggi maka LAR Coverage dari BBTN hanya berkisar pada 22.1%. Bila ke depannya loan yang dikategorikan sebagai LAR ini mengalami pemburukan kualitas menjadi NPL, maka tentu BBTN harus meningkatkan biaya provisioning lagi dan membuat net income ke depannya menjadi turun. Sehingga bisa disimpulkan bahwa nilai CKPN yang rendah ini tentu menjadi risiko yang perlu dicermati oleh investor.
Namun skenario pemburukan LAR ini belum tentu akan terjadi loh ya. Kami memberikan fakta ini agar sebagai investor kita tahu variabel apa aja yang perlu dicermati pada BBTN. Bila ternyata ke depannya BBTN mampu menjaga agar kredit restrukturnya tidak memburuk tentu ke depannya kinerja BBTN akan semakin moncer karena kita tahu ternyata BBTN ini pertumbuhan bisnisnya di atas pertumbuhan industri. Entah nantinyan kita bisa cuan dari BBTN atau tidak, semoga artikel ini bisa menjadi pelajaran berharga tentang bagaimana kita harus memiliki view yang lebih luas dalam melakukan analisa suatu perusahaan.
Valuasi
Dengan berbagai pertimbangan yang telah kami tulis sebelumnya, kami mencapai kesimpulan bahwa BBTN saat ini sedang undervalued menurut kami. Dengan performa bisnis yang baik tetapi resiko besar, kami menganggap BBTN akan fair dihargai Rp 1.875. Cukup menarik, tetapi diikuti resiko yang besar. Karena resiko yang besar inilah maka kami sendiri baru akan membeli BBTN di level Rp 940 yang mencerminkan margin of safety sebesar 50%. Dengan margin of safety yang besar, kami rasa resiko BBTN yang besar telah terkompensasi.
Disclaimer: artikel ini merupakan analisa pribadi kami yang bisa salah maupun benar. Tidak ada ajakan membeli/menjual BBTN. Artikel ini ditulis hanya untuk kepentingan pengetahuan semata.